Jumat, 15 September 2017

MATA SEMPIT MEMANDANG KEDATANGAN SANG RAJA

Rencana Raja Salman liburan ke Bali saat menyambangi Indonesia, membuat mata sempit sebagian kita memandang bahwa penguasa dua tempat suci umat Islam, Mekah dan Madinah, hanya menghamburkan uang umat demi memenuhi keinginan Sang Raja melancong. Bagi mata sempit menganggap orang bertaqwa, alim ulama, penghafal Alquran tak pantas liburan di pulau Dewata, pun menghabiskan uang jutaan dollar untuk bersenang-senang di saat masih banyak umat Islam berkekurangan adalah tindakan tak terpuji, abai akan nasib saudara seiman di bebagai negara yang dilanda peperangan, pertikaian politik, kekeringan, ataupun wabah penyakit.

Beberapa tahun lalu sebuah organisasi Islam pejuang khilafah juga tak lepas dari sikap mengkritisi Pangeran Arab Saudi yang kini memegang tahta kerajaan, kritikan pedas yang dituliskan dalam sebuah artikel pada website resmi organisasi tersebut yang berjudul cukup provokatif, "Pangeran Saudi Bayar 30 Juta Dolar untuk Puaskan Syahwatnya," walaupun dalam tulisannya yang menanggapi liburan Sang Pangeran ke kepulauan Maladewa, tak ada kaitan dengan nafsu keinginan bersetubuh seperti makna syahwat yang umum dipahami masyarakat awam.

Penulis artikel tersebut menyayangkan sikap para penguasa Saudi yang menghamburkan kekayaan pada yang bersifat kesenangan dunia menuruti syahwat.

"Sungguh begitu menyakitkan kita melihat para penguasa Saudi justru bersenang-senang dan menghambur-hamburkan kekayaan umat untuk memuaskan syahwatnya dan keinginan nafsunya. Sementara mayoritas kaum Muslim hidup dalam kondisi kesulitan, penderitaan dan ketakutan," Ujar penulis artikel tersebut.

Memang kita tak bisa menafikan bahwa masih banyak umat Islam dalam kondisi memprihatinkan, sehingga ketika memandang Penguasa Saudi dari sudut mata lalat akan ditemukan ketidakadilan sebagai negara yang menerapkan hukum Islam, dimana ajaran Islam begitu peduli dengan nasib sesama, jauh dari sifat berlebih-lebihan dalam kesenangan dunia.

"Seandainya pangeran, raja dan para penguasa Arab Saudi lainnya masih memiliki sedikit kehormatan dan keimanan, niscaya mereka tidak akan menghambur-hamburkan kekayaan, sementara sebagian besar umat dalam keadaan sangat membutuhkan," tambahnya.

Sungguh penulis berlaku tidak adil dalam memandang penguasa saudi, bagaimana mungkin meragukan keimanan orang-orang yang sedari kecil menghafal Alquran dan mengamalkannya di negeri hukum Islam diterapkan, sungguh kehormatan penguasa Saudi tak hilang hanya dengan membayar mahal liburan vvip di Kepulauan Maladewa, Malah dengan membayar sedemikian banyak akan jauh lebih nyaman tak perlu bercampur dengan turis lain menikmati keindahan berpesiar.

Tak jauh beda dengan banyak kalangan anti Saudi saat ini di Indonesia, pertanyaan muncul menyeringai niat Raja Arab ke Bali demi bersenang-senang belaka, di tempat minoritas kaum muslimin, kenapa tidak ke Serambi Mekah di Aceh sana yang mayoritas muslim. Dan, banyak lagi cibiran mata lalat memandang Sang Raja yang akan datang ke Indonesia dengan segala kemewahan dan niat investasi ratusan trilyun di Indonesia.

Kita tidak menutup mata, bahwa Sang Raja, Pangeran dan para pejabat Saudi juga manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Akan tetapi, kita pun perlu membuka mata lebar-lebar bahwa tak terhitung berbagai kebaikan pemerintah Arab Saudi kepada dunia Islam khsususnya negara berpenduduk mayaoritas muslim seperti Indonesia.

Jangan lupa, saat tsunami Aceh 2004 silam, saat beberapa negara ikut membantu dan memulihkan kondisi Aceh yang luluh lantak, mengumumkan jumlah bantuan kepada pemerintah, diam-diam Pemerintah Arab Saudi mengucurkan bantuan hampir 5 Trilyun Rupiah dalam bentuk hibah berupa uang tunai, obat-obatan, alat kedokteran, selimut dan bahan makanan yang terkumpul dari masyarakat Arab Saudi dan pemerintahnya.

Kalau sebagian kita menganggap Arab Saudi abai terhadap kondisi negara tetangganya di Timur Tengah, khususnya Palestina yang terjajah puluhan tahun, mungkin kita tak membuka mata lebar dalam memandang kabaikan negara yang dicap 'Wahabi' ini. Sebagaimana media memberitakan: “Arab Saudi menegaskan bahwa mereka akan tetap melanjutkan pemberian bantuan dana yang jumlahnya sekitar 15 juta dollar AS setiap bulannya untuk pemerintah Palestina.”

Selain itu, beberapa negara dalam kondisi perang, seperti Bosnia yang mempertahankan kedaulatan dari Serbia, Afghanistan yang dibela dari gangguan Rusia, menyelamatkan muslim kuwait dari pembantaian Partai sosialis komunis Ba'tsi Iraq, serta serangan Syiah Iran di Bahrain dan Yaman adalah bukti kongkrit kepedulian Kerajaan Arab Saudi kepada sesama muslim di dunia.

Indonesia sendiri telah lama menjadi tujuan dana hibah dalam pengembangan kehidupan muslimin, ratusan masjid dibangun, sekolah Islam ataupun pesantren atas bantuan Saudi, baik dari pengusaha, ulama maupun dari pemerintah Arab Saudi sendiri.

Menanggapi kunjungan Raja Salman ke Indonesia, lingkaran pemerintahan Jokowi dalam hal ini  Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di depan media menyebut salah satu poin pembicaraan dalam lawatan  adalah soal wakaf.

"Jadi ini yang akan kita kembangkan ke depan agar wakaf bukan hanya untuk masjid, untuk sekolah, tapi juga usaha-usaha produktif sehingga nilai harta yang diwakafkan itu bisa lebih dirasakan oleh masyarakat luas." kata Lukman seperti diberitakan detik.com Senin, 27 Februari kemarin.

Memaknai kedatangan bersejarah Raja Salman ke Indonesia tak lepas dari kedermawanan pemerintah Arab Saudi terhadap saudara muslim di negara lain, rencana Investasi Milyaran Dolar ke Indonesia tak lepas dari kondisi negara kita yang membutuhkan pinjaman dalam melakukan pembangunan, dan hebatnya dana pinjaman tanpa riba atau tanpa bunga seperti negara-negara power melebarkan sayap memperkuat pengaruhnya di negara lain.

*Tulisan lama 28 Februari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar